Jumat, 18 Januari 2008

Suharto, Tempe, Malikat dan Doa

Oleh: M. Zaim Nugroho

Menyaksikan berita di terlevisi akhir akhir ini penuh dengan berita tentang dirawatnya jendral besar Suharto mantan presiden Indonesia. Berita ini tentu saja membuat perhatian banyak kalangan, dari mulai pejabat, Artis,dan Bupati silih berganti berdatangan menjenguk orang nomor satu tersebut. Pengajian dan doa pun digelar dimana mana,untuk mendoakan mantan presiden nomor satu tersebut.

Beda dengan kasus bunuh dirinya slamet, seorang pedagang gorengan di Pasar Badak Pandeglang Banten yang terpaksa mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Ia tak tahan dengan tekanan hajat hidup yang semakin berat. Sebagai pedagang kecil pendapatannya terus menurun, sementara minyak tanah semakin sulit didapat dan harganya terus naik. Ditambah melonjaknya harga bahan-bahan pokok dagangannya: tempe, tepung terigu, tepung tapioka, sayuran dan minyak goreng.. Doa bagi selamet pun jarang terdengar sama sekali,mungkin Rakyat kita lebih sibuk mendoakan orang yang sudah tua itu dengan mendoakan keselamatan bangsa yang mulai diancam oleh rongrongan kapitalisme global.

Suharto dan tempe merupakan dua makhluk yang berlainan, Suharto bagi kalangan akitivis HAM adalah makhluk yang “predator”, dengan kebijakanya dia membunuh banyak manusia, terutama orang orang yang dianggap bersebrangan dengan kepemimpinanya. Sedangkan tempe terbuat dari Kedelai, tempe merupakan makanan lauk pauk yang paling banyak di konsumsi masyarakat Indonesia. Tempe terbuat dari kedelai yang kebanyakan diimpor dari Amerika serikat dan Kanada.

Isu Suharto adalah sangat menarik karena dia adalah mantan orang nomor satu di negeri ini, tapi ada selubung idiolgi disana, beberapa media kita yang sebagain besar sahamnya adalah milik keluarga cendana, pemberitaanya pun selalu normatif dan seolah ada pengiringan opini dikalangan berita tersebut agar suharto di maafkan, mereka (media) sadar bangsa kita adalah bangsa yang latah, pelupa, sehingga kasus kasus hukum mantan orang nomor satu tersebut agar dimaafkan. Mereka(media) tidak akan mengekpose secara berlebih berita tentang kematian selamet, pedagang gorengan yang gantung diri akibat kebijakan pemerintah yang membuka pasar tampa mempersiapkan rakyatnya secara matang.

Ada berita yang menarik yang saya baca, Ustad mansur, seorang ustad yang sedang kondang mendoakan suharto dan menitipkan wirid hismullahiladzim kepada keluarga Soeharto, menurutnya Hismullahiladzim berasal dari salah satu ayat Alquran dan jika dibaca maka Allah akan menurunkan 70.000 malaikat.. doa tersebut menurut saya adalah doa pesanan, doa yang diminta oleh keluarga yang banyak duit, saya kira Selamet yang gantung diri pun sangat ingin di doakan seperti Suharto, tapi karena buat makan saja sulit apalagi membayar doa kepada Ustad mansur, jadi malaikat pun datang kalau ada pesanan. Bagi seorang Slamet atau yang lainya, mereka sangat jauh dari mailkat, paling malaikat yang ada di kedua tanganya, tidak sperti Suharto yang sekarang lagi di kawal oleh 70.000 malaikat.

Kenaikan tempe dan kelangkaan minyak tanah akhir akhir ini sangat memberatkan rakyat, saya kira lebih baik dan bijiak kalau kita semua berdoa untuk keselamatan bangsa Indonesia agar terhindar dari ganasnya system pasar bebas ketimbang mendoakan seorang yang sudah tua, yang sudah selayaknya menghadap Tuhan. Dan kita undang jutaan malakat untuk menemani dan mendoakan rakyat Indonesia.agar terhindar dari musibah

Tidak ada komentar: